SLIDER

Never manipulate your friends. Time will tell whether you deserve the friendship or not.

Friday, April 24, 2015

*Melihat kiri kanan dan mengamati siapa saja yang sudah hadir. ‘Sofa sepertinya tempat ternyaman buat ngerumpi, I’ll take that!’. Duduk di sofa sambil menyeruput secangkir greentea latte sambil mendengarkan lagu favorite saya di headset. Sebagian orang mungkin aneh melihat saya sendirian seolah tak punya teman. Tapi ini lah "me time" saya. Tak perlu banyak basa basi untuk merasa nyaman dengan diri sendiri. Sebuah senyum manis diberikan agar diberi pemakluman. Terima kasih atas ketulusannya menerima saya apa adanya.

 

“So, let’s start this discussion!”
My dear friends,
Pernahkah anda sebentar saja mengingatkan pada diri sendiri bahwa kita hanya bisa menikmati hidup ini sekali saja? Pasti pernah!
Pernah jugakah anda sekali saja memikirkan bahwa meraih sebuah kepercayaan adalah hal yang sangat sulit? Pasti pernah!

Cuma sering lupa!
Ya, itu masalahnya. Sering lupa. So, I’m here just to ask you to spare just 5 minutes to remember about our friendship. Jika nanti ada yang tersinggung, saya mengerti. Anda boleh marah, dan saya akan beritahu anda kenapa saya mengatakan itu.
Sebagai mahluk sosial yang setiap saat berinteraksi dengan sesama manusia, kita pasti tahu bahwa manusia itu punya rasa dan perasaan. Semua pasti setuju bahwa masa-masa pendekatan dengan beberapa teman terasa begitu indah di awal, tapi sebagian orang tidak tahu bagaimana cara merawat dan menghormati persahabatan itu.

Hidup yang cuma sekali ini, tidakkah akan begitu sia-sia jika tidak kita jalani dengan hati yang lapang tanpa harus berpura-pura? Bayangkan jika anda harus bersandiwara seumur hidup anda! *kalau dibayar sih nggak apa-apa kali ya? Toh cuma akting dan memang itu bagian dari mata pencaharian.

But wait a second. Mata pencaharian? Iya dunks. Itu para pemain film dan sinetron, kan harus berpura-pura selama mereka berakting menjadi orang lain ketika mereka bekerja.
Kalau pekerjaan kita memang seorang aktor atau aktris ya wajar saja berakting, dalam pekerjaan lho, dan itu hampir setiap saat mereka harus menjadi orang lain karena pekerjaannya mungkin hampir separuh hidupnya. Tapi kalau yang bukan aktor atau aktris selalu bersandiwara dan menjadi orang lain setiap saat dalam hidup kita termasuk kepada orang-orang terdekat kita, bagaimana ya rasanya?
Para psikolog sering menyebut orang-orang ini sebagai pribadi ganda. Mereka bisa berubah-ubah sikap seperti bunglon. Bicaranya selalu berbeda di sana-sini.
Mari kita sama-sama renungkan lagi. Enak nggak sih kalau kita seharian berbohong dan menipu banyak orang dengan kepura-puraan kita? Ketika malam datang dan kesendirian menghampiri, sebelum tidur, tidakkah banyak sekali beban yang tak sanggup terangkat sebelum mata tertutup sejenak?

Sebagian kecil mungkin terangkat. Sebagian besar tidak. Ketika pagi datang, sandiwara baru dilanjutkan. Bagi yang sudah mahir ‘menyamar’ dia hanya akan sedikit terpeleset ketika melanjutkan kebohongannya. Bagi yang belum mahir, kebohongannya akan membuat orang ‘ternganga’ ketika informasi yang mengalir dari mulutnya berbeda, tapi tak tega untuk menegur. Yah, memang masyarakat kita sangat santun, kata para pengamat di TV, masyarakat kita sangat ‘permissive’ artinya banyak memberi toleransi kepada perbuatan-perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan, jadi ya biasanya kalau ada yang berbohong, hanya menggumam dalam hati.

Itu sebabnya jika saya menemukan orang yang berbohong, kemudian orang tersebut saya tegur “ah, bohong loe”, orang tersebut akan lebih marah kepada saya. Padahal harusnya yang marah kan saya, karena saya yang dibohongi. Tapi biasanya orang yang sedang berbohong menjadi malu ketika tertangkap kebohongannya, dan bukannya dengan berani mengakui, malah menjadi marah.
Sekarang saya tanya kepada anda. Apakah anda mau berteman dengan orang seperti itu? Atau memang anda orang yang seperti itu?

Pertanyaan pertama akan dijawab : “Tentu saja tidak, kan saya minum combantrin!” *oops salah ya? Hihihi… Pasti nggak mau kan punya teman seperti itu?
Pertanyaan kedua juga akan dijawab : “Tentu saja tidak. Saya orang yang suka berterus terang dan apa adanya!”
Pertanyaan kedua ini mengandung dua arti.
1. Dia mengatakan yang sebenarnya.
2. Dia sedang menipu dirinya sendiri dan orang lain, dengan kata lain “HIDUP BOHONG!”
Sekali lagi saya ingin mengajak anda untuk merenungkan dan membongkar isi pikiran terdalam anda, “Tidak kah kita lelah jika harus bersandiwara sepanjang hidup kita hanya untuk membuat semua orang kagum dan senang berdekatan dengan kita tanpa kita sendiri peduli apakah kita nyaman atau tidak?”

Jawabannya tentu terpulang pada masing-masing pribadi.

Jangan pernah merasa bahwa teman adalah seseorang yang harus memberikan seluruh fasilitas kepada anda. Jika anda berteman, justru anda harus saling membantu dan mendukung, bukan menggerogoti orang yang anda sebut sebagai “teman” atau bahkan lebih parahnya lagi “sahabat’. Betapa memuakkan ketika seseorang berkata kepada anda bahwa ia adalah sahabat terbaik anda tapi anda tak pernah tahu apa sebenarnya maksud orang tersebut ingin berada di dekat anda. Buang jauh-jauh pikiran bahwa menipu diri sendiri itu adalah lebih baik karena tidak akan ada orang yang tahu. Itu salah! Teman atau sahabat adalah orang yang akan menerima kita apa adanya, dan siap menahan kita dari bawah ketika kita jatuh. Jika saja semua orang berpikir seperti itu, mungkin kamuflase dalam berteman tidak akan lagi begitu marak.




“For me, it takes strength to feel a friend’s pain. It takes courage to feel my own pain. Never manipulate your friends, time will tell whether you deserve the friendship or not.”




Hello There!!

Hello There!!

Waaah sudah 2 tahun saya tidak kembali menulis. Rasanya seperti rindu yang tertanam tak tertumpahkan. Banyak cerita yang saya belum membagi. Dua tahun seperti naik jet coaster cepat sekali berlalu. Pemikiran dan perasaan saya berlalu dengan cepat. Mungkin nanti saya akan membaginya di lain kesempatan. Sekarang hanya ingin menyapa saja dulu, bahwa saya masih akan tetap menulis dalam blog ini. Di tunggu yaa! :)


© deeJourney • Theme by Maira G.